Rabu, 30 September 2015

YESUS MENGAMPUNI - PENDALAMAN ALKITAB, SAAT TEDUH



Apabila seseorang pemandu memotong kereta anda, kawan sekelas menghina anda, pasangan hidup anda terlupa untuk memberi tumpang kepada anda--semua ini hanya perkara remeh. Tapi tiba-tiba anda menjerit dan menyumpah, tidak dapat dikawal. Atau, anda mendapati anda digoda oleh tindakan dan sikap lain, seperti gosip atau perasaan marah dan kecewa, yang mengalihkan tumpuan anda daripada Tuhan. Perkataan "dosa" bermakna tidak mencapai sasaran atau taraf. Apabila kita buat sesuatu sesuka hati dan bukan apa yang Tuhan kehendaki, kita berdosa. Bila tabiat dan sikap lama mula terasa, jangan kecewa. Anda masih anak Tuhan. Tetapi dosa mengganggu hubungan rapat dan komunikasi anda dengan Tuhan. Dosa menghalang kita daripada mengalami kasih-Nya. Kita semua berbuat dosa walau pun kita orang Kristian. Itulah sebabnya kita memerlukan pengampunan Tuhan setiap hari.

Yesus mengampuni kita dengan mati di kayu salib, begitu juga kita, kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita, itu adalah hal yang sangat berharga dimata Tuhan. Mengenai pengampunan, Yesus mengajarkan sebuah perumpamaan. Perumpamaan ini menceritakan tentang seorang hamba yang tidak mengenal belas kasihan. Suatu ketika seorang raja menagih hutang seorang hambanya sebanyak sepuluh ribu talenta (perak). Hamba tersebut tidak mampu melunasi hutangnya, maka sang raja memerintahkan supaya ia dijual beserta anak-isterinya dan segala miliknya untuk membayar hutangnya. Hamba tersebut memohon belas kasihan sang raja dan sang raja mengabulkannya dan menghapus hutangnya.

Setelah keluar, dia melihat kawannya yang berhutang seratus dinar kepadanya. Dia meminta uang tersebut secara paksa dan mencekik kawannya itu dan menagih hutangnya, maka kawan tersebut memohon belas kasihan karena ia tidak mampu melunasi hutangnya. Tidak hanya menolak mengampuni, tetapi hamba yang tidak mengenal belas kasihan ini menjebloskan kawannya ini ke penjara sampai hutangnya lunas.

Mengetahui perbuatannya, maka kawan-kawannya yang lain sangat sedih dan melaporkannya kepada sang Raja. Raja itupun marah dan ia menyerahkan hamba yang jahat tersebut kepada algojo-algojo (atau para penyiksa) sampai hutangnya lunas.

Raja di dalam cerita tersebut melambangkan Allah, dan hamba yang berhutang adalah manusia yang berdosa. Ketika Allah mau menagih perbuatan dosa yang dilakukan manusia, maka manusia tidak mampu melunasi hutang dosa mereka, karena tidak ada yang dapat diperbuat manusia untuk melunasinya. Allah berhak untuk menghukum manusia karena hal tersebut, namun karena belas kasihannya, ia mengampuni manusia dan menghapus dosa-dosa mereka (melalui Yesus yang mati disalibkan menebus hutang dosa dengan darahNya).
Manusia yang tidak tahu berterima kasih bertemu dengan saudaranya yang berbuat salah kepadanya, tidak mencontoh belas kasihan yang ditunjukkan oleh Allah, manusia malah menghakimi saudara mereka sendiri tanpa sedikitpun berbelas kasihan. Ia tidak belajar dari pelajaran yang diberikan oleh Allah bahwa Ia telah diampuni dan diberi belas kasihan, maka pada akhirnya Allah akan menghukum orang tersebut yang menindas sesamanya.

PENDALAMAN ALKITAB
Allah siap dan menunggu untuk mengampuni siapa saja yang meminta. Ada dalam Alkitab, ”Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu” (Mazmur 86:5).

Pada apakah Nabi Daud menaruh harapan pengampunannya? Ada dalam Alkitab,”Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar” (Mazmur 51:3).

Bagaimanakah belas kasihan Allah diukur? Ada dalam Alkitab,”Tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita” (Mazmur 103:11-12).

Janji apakah yang dibuat kepada orang-orang yang mengaku dosa-dosa mereka? Ada dalam Alkitab,” Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Dapatkah saya diampuni sementara saya menahan kejengkelan atau kemarahan terhadap seseorang yang lain. Ada dalam Alkitab,”Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengapuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Matius 6:14-15).

Orang yang diampuni akan mengampuni. Ada dalam Alkitab,”Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Efesus 4:32).

Pengampunan yang sejati tidak menyimpan kesalahan. Ada dalam Alkitab,”Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (Matius 18:21-22).

Bila kita diampuni kita tidak boleh terus merasa bersalah. Ada dalam Alkitab,”Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku” (Mazmur 32:5).

Melalui pengampunan, Kristus memberikan kelepasan penuh dari hukuman dosa. Ada dalam Alkitab,”Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib” (Kolose 2:13-14).

ARTI  PENGAMPUNAN MENURUT BEBERAPA TOKOH

*      Pengampunan adalah sebuah pilihan yang Anda buat untuk membebaskan seseorang dari penjara yang Anda buat bagi mereka yang menyakiti Anda (James Macdonald).
*      Pengampunan adalah proses merangkai kembali amarah dan luka batin seseorang di masa lalu, dengan tujuan untuk memulihkan kedamain orang itu pada masa lalu serta menghidupkan kembali tujuan dan pengharapan orang itu untuk masa depan (Dr. Dick Tibbits).
*      Pengampunan adalah sebuah keputusan untuk melepaskan atau membatalkan seseorang dari kewajiban atau hutang yang terjadi ketika orang tersebut melukai Anda (William Hines).


   Pengampunan tidak mengenal batasan. Entah itu hal-hal kecil atau besar, keluarga anda atau bukan, sekali atau berkali-kali.
    

Kita sering mendengar, “Kesabaran ada batasnya.” Demikian juga dengan pengampunan. Apakah itu benar?
Tentu tidak. Itu gagasan yang menyesatkan. Petrus pernah mengajukan pertanyaan tersebut kepada  ketika Yesus mengajarkan pengampunan. “ Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?” (Mat.18:21).  Apa jawab Yesus, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali (22).
Ada yang bertanya, apakah 77 kali atau 490 kali kita mengampuni? Maksud perkataan Yesus adalah janganlah menghitung.
    

Berhentilah menyimpan angka. Teruslah mengampuni. Tidak ada suatu pun  yang dapat terjadi di dalam kehidupan Anda yang tidak dapat ditaklukkan oleh pengampunan. Dan tidak ada sesuatu pun dari masa lalu Anda yang mana Anda tidak dapat terbebas darinya melalui pengampunan.


Karena Allah itu adalah kasih dan Ia sempurna, maka pengampunan-Nya langsung dan permanen. Sayang sekali, tidak begitu halnya dengan kita! Karena kita manusia yang tidak sempurna, pengampunan menjadi sangat sulit bagi kita. Barangkali itulah mengapa Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa dia harus mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali. Cobalah kita pikirkan hal berikut ini: Apabila kita berhasil berekonsiliasi dengan seorang saudara atas satu isu setelah proses pemecahan masalah sebanyak dua atau tidak kali pertemuan, maka kita pun akan merasakan bahwa relasi kita dengan orang itu akan jauh lebih mudah terjalin dan terpelihara.


Mengampuni seseorang yang telah menyakiti kita seringkali merupakan sebuah proses yang berlangsung secara bertahap. Misalnya, pada awalnya kita dapat saja mengampuni seseorang, namun beberapa hari kemudian muncul lagi rasa kesal dan marah. Jadi, kita harus “membangun” kembali pengampunan kita. Ada juga kasus-kasus di mana kita sungguh mengampuni seseorang, namun kita tidak mau lagi berada dekat orang itu. Akan tetapi, setelah berjalannya waktu – cepat atau lambat – perlahan-lahan kita pun mampu “mengusir” rasa sakit-hati yang kita alami sehingga kita dapat berinteraksi lagi dengan orang tersebut. Dalam situasi apa pun, yang paling penting adalah untuk maju terus menuju pengampunan yang lengkap dan total.


Apapun yang kita lakukan, kita tidak pernah boleh menyerah. Yesus akan memberkati setiap langkah yang kita ambil guna tercapainya rekonsiliasi dengan orang yang bersalah kepada kita – walaupun langkah itu kecil saja. Yang terakhir: Kita harus senantiasa mengingat dan menyadari bahwa pengampunan bukanlah sekadar suatu tindakan manusia. Kita memerlukan rahmat Roh Kudus guna menolong kita mengampuni orang lain.


Setiap orang pernah disakiti hatinya, tersinggung dan dipersalahkan. Bagaimana caranya kita menanggapi saat hati kita disakiti? Menurut Alkitab, kita perlu mengampuni. Efesus 4:32 menyatakan, “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Kolose 3:13 mengatakan, “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” Kunci dalam kedua ayat ini adalah kita harus mengampuni orang lain sama seperti Tuhan telah mengampuni kita. Mengapa kita mengampuni? Karena kita telah diampuni!


Pengampunan adalah mudah jika kita hanya harus memberikannya kepada mereka yang datang memintanya dalam kesedihan dan penyesalan. Alkitab mengatakan kita harus mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita, tanpa syarat. Menolak mengampuni seseorang menunjukkan kebencian, kepahitan, dan kemarahan – dan tidak ada satupun dari semua ini yang pantas dimiliki oleh seorang Kristen. Dalam Doa Bapa Kami, kita meminta Tuhan mengampuni kesalahan-kesalahan kita, sama seperti kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita (Matius 6:12). Dalam Matius 6:14-15 Yesus berkata, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." Dalam terang ayat-ayat lain yang berbicara mengenai pengampunan Tuhan, Matius 6:14-15 paling tepat dipahami sebagai mengatakan bahwa orang yang menolak mengampuni orang lain belum benar-benar mengalami pengampunan Tuhan untuk mereka.


Setiap kali kita tidak mencapai sasaran karena tidak menaati salah satu dari perintah-perintah Tuhan, kita berdosa kepada Tuhan. Ketika kita melukai hati orang lain, bukan saja kita berdosa kepada mereka, kita juga berdosa terhadap Tuhan. Ketika kita memperhatikan betapa luar biasanya belas kasihan Tuhan dalam mengampuni kita, kita menyadari bahwa kita tidak berhak menahan anugrah ini dari orang lain. Kita telah berdosa kepada Tuhan dengan cara yang jauh melampaui apapun yang orang lain dapat lakukan untuk melukai hati kita. Kalau Tuhan dapat mengampuni kita sedemikian rupa, bagaimana mungkin kita dapat menolak mengampuni orang lain yang bersalah begitu sedikit? Perumpamaan Yesus dalam Matius 18:23-35 adalah ilustrasi yang kuat sekali untuk kasus ini. Tuhan berjanji bahwa saat kita datang kepadaNya untuk mohon pengampunan, Dia akan memberikannya dengan bebas (1 Yohanes 1:9). Pengampunan yang kita berikan haruslah tanpa batas, sama seperti pengampunan Tuhan yang tanpa batas (Lukas 17:3-4).






0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Post

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More