Apabila seseorang
pemandu memotong kereta anda, kawan sekelas menghina anda, pasangan hidup anda
terlupa untuk memberi tumpang kepada anda--semua ini hanya perkara remeh. Tapi
tiba-tiba anda menjerit dan menyumpah, tidak dapat dikawal. Atau, anda
mendapati anda digoda oleh tindakan dan sikap lain, seperti gosip atau perasaan
marah dan kecewa, yang mengalihkan tumpuan anda daripada Tuhan. Perkataan
"dosa" bermakna tidak mencapai sasaran atau taraf. Apabila kita buat
sesuatu sesuka hati dan bukan apa yang Tuhan kehendaki, kita berdosa. Bila
tabiat dan sikap lama mula terasa, jangan kecewa. Anda masih anak Tuhan. Tetapi
dosa mengganggu hubungan rapat dan komunikasi anda dengan Tuhan. Dosa
menghalang kita daripada mengalami kasih-Nya. Kita semua berbuat dosa walau pun
kita orang Kristian. Itulah sebabnya kita memerlukan pengampunan Tuhan setiap
hari.
Yesus mengampuni kita
dengan mati di kayu salib, begitu juga kita, kita harus mengampuni orang yang
bersalah kepada kita, itu adalah hal yang sangat berharga dimata Tuhan.
Mengenai pengampunan, Yesus mengajarkan sebuah perumpamaan. Perumpamaan ini
menceritakan tentang seorang hamba yang tidak mengenal belas kasihan. Suatu
ketika seorang raja menagih hutang seorang hambanya sebanyak sepuluh ribu
talenta (perak). Hamba tersebut tidak mampu melunasi hutangnya, maka sang raja
memerintahkan supaya ia dijual beserta anak-isterinya dan segala miliknya untuk
membayar hutangnya. Hamba tersebut memohon belas kasihan sang raja dan sang raja
mengabulkannya dan menghapus hutangnya.
Setelah keluar, dia
melihat kawannya yang berhutang seratus dinar kepadanya. Dia meminta uang
tersebut secara paksa dan mencekik kawannya itu dan menagih hutangnya, maka
kawan tersebut memohon belas kasihan karena ia tidak mampu melunasi hutangnya.
Tidak hanya menolak mengampuni, tetapi hamba yang tidak mengenal belas kasihan
ini menjebloskan kawannya ini ke penjara sampai hutangnya lunas.
Mengetahui
perbuatannya, maka kawan-kawannya yang lain sangat sedih dan melaporkannya
kepada sang Raja. Raja itupun marah dan ia menyerahkan hamba yang jahat
tersebut kepada algojo-algojo (atau para penyiksa) sampai hutangnya lunas.
Raja di dalam cerita
tersebut melambangkan Allah, dan hamba yang berhutang adalah manusia yang berdosa.
Ketika Allah mau menagih perbuatan dosa yang dilakukan manusia, maka manusia
tidak mampu melunasi hutang dosa mereka, karena tidak ada yang dapat diperbuat
manusia untuk melunasinya. Allah berhak untuk menghukum manusia karena hal
tersebut, namun karena belas kasihannya, ia mengampuni manusia dan menghapus
dosa-dosa mereka (melalui Yesus yang mati disalibkan menebus hutang dosa dengan
darahNya).
Manusia yang tidak tahu
berterima kasih bertemu dengan saudaranya yang berbuat salah kepadanya, tidak
mencontoh belas kasihan yang ditunjukkan oleh Allah, manusia malah menghakimi
saudara mereka sendiri tanpa sedikitpun berbelas kasihan. Ia tidak belajar dari
pelajaran yang diberikan oleh Allah bahwa Ia telah diampuni dan diberi belas
kasihan, maka pada akhirnya Allah akan menghukum orang tersebut yang menindas
sesamanya.
PENDALAMAN
ALKITAB
Allah siap dan menunggu
untuk mengampuni siapa saja yang meminta. Ada dalam Alkitab, Sebab Engkau, ya
Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang
berseru kepada-Mu (Mazmur 86:5).
Pada apakah Nabi Daud
menaruh harapan pengampunannya? Ada dalam Alkitab,Kasihanilah aku, ya Allah,
menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar
(Mazmur 51:3).
Bagaimanakah belas
kasihan Allah diukur? Ada dalam Alkitab,Tetapi setinggi langit di atas bumi,
demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh
timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita
(Mazmur 103:11-12).
Janji apakah yang
dibuat kepada orang-orang yang mengaku dosa-dosa mereka? Ada dalam Alkitab,
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes
1:9). Dapatkah saya diampuni sementara saya menahan kejengkelan atau kemarahan
terhadap seseorang yang lain. Ada dalam Alkitab,Karena jikalau kamu mengampuni
kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau
kamu tidak mengapuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu
(Matius 6:14-15).
Orang yang diampuni
akan mengampuni. Ada dalam Alkitab,Tetapi hendaklah kamu ramah seorang
terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah
di dalam Kristus telah mengampuni kamu (Efesus 4:32).
Pengampunan yang sejati
tidak menyimpan kesalahan. Ada dalam Alkitab,Kemudian datanglah Petrus dan
berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni
saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus
berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali,
melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali (Matius 18:21-22).
Bila kita diampuni kita
tidak boleh terus merasa bersalah. Ada dalam Alkitab,Dosaku kuberitahukan
kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan
mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni
kesalahan karena dosaku (Mazmur 32:5).
Melalui pengampunan,
Kristus memberikan kelepasan penuh dari hukuman dosa. Ada dalam Alkitab,Kamu
juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat
secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni
segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh
ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya
dengan memakukannya pada kayu salib (Kolose 2:13-14).
ARTI PENGAMPUNAN MENURUT BEBERAPA TOKOH



Pengampunan tidak
mengenal batasan. Entah itu hal-hal kecil atau besar, keluarga anda atau bukan,
sekali atau berkali-kali.
Kita
sering mendengar, “Kesabaran ada batasnya.” Demikian juga dengan pengampunan.
Apakah itu benar?
Tentu tidak. Itu gagasan yang
menyesatkan. Petrus pernah mengajukan pertanyaan tersebut kepada ketika
Yesus mengajarkan pengampunan. “ Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni
saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?” (Mat.18:21). Apa jawab
Yesus, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai
tujuh puluh kali tujuh kali (22).
Ada yang bertanya, apakah 77 kali
atau 490 kali kita mengampuni? Maksud perkataan Yesus adalah janganlah
menghitung.
Berhentilah
menyimpan angka. Teruslah mengampuni. Tidak ada suatu pun yang dapat
terjadi di dalam kehidupan Anda yang tidak dapat ditaklukkan oleh pengampunan.
Dan tidak ada sesuatu pun dari masa lalu Anda yang mana Anda tidak dapat
terbebas darinya melalui pengampunan.
Karena
Allah itu adalah kasih dan Ia sempurna, maka pengampunan-Nya langsung dan
permanen. Sayang sekali, tidak begitu halnya dengan kita! Karena kita manusia
yang tidak sempurna, pengampunan menjadi sangat sulit bagi kita. Barangkali
itulah mengapa Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa dia harus mengampuni tujuh
puluh kali tujuh kali. Cobalah kita pikirkan hal berikut ini: Apabila kita
berhasil berekonsiliasi dengan seorang saudara atas satu isu setelah proses
pemecahan masalah sebanyak dua atau tidak kali pertemuan, maka kita pun akan
merasakan bahwa relasi kita dengan orang itu akan jauh lebih mudah terjalin dan
terpelihara.
Mengampuni
seseorang yang telah menyakiti kita seringkali merupakan sebuah proses yang berlangsung
secara bertahap. Misalnya, pada awalnya kita dapat saja mengampuni seseorang,
namun beberapa hari kemudian muncul lagi rasa kesal dan marah. Jadi, kita harus
“membangun” kembali pengampunan kita. Ada juga kasus-kasus di mana kita sungguh
mengampuni seseorang, namun kita tidak mau lagi berada dekat orang itu. Akan
tetapi, setelah berjalannya waktu – cepat atau lambat – perlahan-lahan kita pun
mampu “mengusir” rasa sakit-hati yang kita alami sehingga kita dapat
berinteraksi lagi dengan orang tersebut. Dalam situasi apa pun, yang paling
penting adalah untuk maju terus menuju pengampunan yang lengkap dan total.
Apapun
yang kita lakukan, kita tidak pernah boleh menyerah. Yesus akan memberkati
setiap langkah yang kita ambil guna tercapainya rekonsiliasi dengan orang yang
bersalah kepada kita – walaupun langkah itu kecil saja. Yang terakhir: Kita
harus senantiasa mengingat dan menyadari bahwa pengampunan bukanlah sekadar
suatu tindakan manusia. Kita memerlukan rahmat Roh Kudus guna menolong kita
mengampuni orang lain.
Setiap
orang pernah disakiti hatinya, tersinggung dan dipersalahkan. Bagaimana caranya
kita menanggapi saat hati kita disakiti? Menurut Alkitab, kita perlu
mengampuni. Efesus 4:32 menyatakan, “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang
terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah
di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Kolose 3:13 mengatakan, “Sabarlah kamu
seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang
seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni
kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” Kunci dalam kedua ayat ini adalah kita
harus mengampuni orang lain sama seperti Tuhan telah mengampuni kita. Mengapa
kita mengampuni? Karena kita telah diampuni!
Pengampunan
adalah mudah jika kita hanya harus memberikannya kepada mereka yang datang
memintanya dalam kesedihan dan penyesalan. Alkitab mengatakan kita harus
mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita, tanpa syarat. Menolak
mengampuni seseorang menunjukkan kebencian, kepahitan, dan kemarahan – dan
tidak ada satupun dari semua ini yang pantas dimiliki oleh seorang Kristen.
Dalam Doa Bapa Kami, kita meminta Tuhan mengampuni kesalahan-kesalahan kita,
sama seperti kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita (Matius 6:12).
Dalam Matius 6:14-15 Yesus berkata, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan
orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu
tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." Dalam
terang ayat-ayat lain yang berbicara mengenai pengampunan Tuhan, Matius 6:14-15
paling tepat dipahami sebagai mengatakan bahwa orang yang menolak mengampuni
orang lain belum benar-benar mengalami pengampunan Tuhan untuk mereka.
Setiap
kali kita tidak mencapai sasaran karena tidak menaati salah satu dari
perintah-perintah Tuhan, kita berdosa kepada Tuhan. Ketika kita melukai hati
orang lain, bukan saja kita berdosa kepada mereka, kita juga berdosa terhadap
Tuhan. Ketika kita memperhatikan betapa luar biasanya belas kasihan Tuhan dalam
mengampuni kita, kita menyadari bahwa kita tidak berhak menahan anugrah ini
dari orang lain. Kita telah berdosa kepada Tuhan dengan cara yang jauh
melampaui apapun yang orang lain dapat lakukan untuk melukai hati kita. Kalau
Tuhan dapat mengampuni kita sedemikian rupa, bagaimana mungkin kita dapat
menolak mengampuni orang lain yang bersalah begitu sedikit? Perumpamaan Yesus
dalam Matius 18:23-35 adalah ilustrasi yang kuat sekali untuk kasus ini. Tuhan
berjanji bahwa saat kita datang kepadaNya untuk mohon pengampunan, Dia akan
memberikannya dengan bebas (1 Yohanes 1:9). Pengampunan yang kita berikan
haruslah tanpa batas, sama seperti pengampunan Tuhan yang tanpa batas (Lukas
17:3-4).
0 komentar:
Posting Komentar